Selasa, 10 Mei 2011

GURU DILARANG MENGAJAR

Pasti Bapak/Ibu yang membaca judul tulisan ini kaget. Atau paling tidak setengah kaget. Masa guru dilarang mengajar. Terus banyak muncul pertanyaan. Mengapa guru tak boleh mengajar? Sejak kapan guru dilaang mengajar? Aturan mana yang mengatakan guru dilarang mengajar?

Pasti si penulis main-main. Inilah kesimpulan yang muncul saat banyak pertanyaan berhamburan melihat judul tulisan.

Tidak. Penlis tidak sedang melawak. Tulisan ini betul-betul sebuah tulisan yang ditulis dalam keadaan sadar. Sesadar-sadarnya. Tulisan ini justru merupakan refleksi penulis selama menjadi guru selama kurang lebih 15 tahun.

Apa maksud tulisan ini?

Ya. Guru harus mengubah paradigmanya. Guru sering disalahpahami, bahkan oleh gurunya sendiri bahwa guru adalah seorang pengajar. Lebih sempit lagi, sebagai orang yang mengajar. Paradigma ini jelas salah. Guru tidak boleh bahkan dilarang untuk mengajar, maksudnya adalah guru tak boleh merasa paling pandai, paling memiliki ilmu dan pekerjaan saat ini adalah mentransfer ilmu tersebut ke dalam otak peserta didiknya.

Guru bukan atau jangan lagi menganggap demikian. Guru harusnya menstimulus peserta didik untuk belajar. Mungkin ini akan juga disalahpahami. Banyak yang memahami, kalau peserta didik belajar maka guru mengajar. Belum tentu. Bahkan tidak harus. Peserta didik bisa belajar dari mana saja. Boleh dari guru. Tapi lebih banyak lagi dri sumber-sumber belajar yang lain. Karena sumber belajar di luar pribadi guru malah lebih banyak dan lebih menarik. Misalnya saja dari perpustakaan, televisi, atau bahkan untuk sekolah-sekolah tertentu dapat belajar dari internet.

Beda lainnya, peserta didik belajar maka peserta didik yang aktif. Bukan hanya aktif juga mengalami. Ini yang terkadang kurang. Ilmu tanpa mengalami hanya akan melintas di otak. Tapi ilmu yang mengalami akan lama terekam dalam otak.

Guru bisa menjadi fasilitator. Bukan hanya yang memfasilitasi proses pembelajaran tapi juga fasilitator dalam pengertian si pemberi tantangan. Tantangan yang baik perlu dirumuskan d engan baik. Tantangan yang baik akan mendorong semakin tinggi minat peserta didik.

Berdasarkan cara berpikir di atas inilah, penulis menyimpulkan bahwa saat ini sudah saatnya guru dilarang mengajar. Mulailah sekarang juga, guru untuk menjadi orang yang mampu mendorong dan meningkatkan sikap belajar para peserta didiknya. Jika sudah demikian, maka akan muncul kreativitas peserta didik yang tak terhitung jumlahnya.

Perubahan ini tak mungkin terjadi dalam sekejap. Perlu kesadaran.

0 komentar:

Posting Komentar